Guwe bikin WPAP ini setelah menonton film Seediq Balle - Rainbow Warrior. Ngomong-ngomong artinya Seediq Balle itu ternyata Laskar Pelangi, hmmm.. mirip kayak judul novel di Indonesia.. mueheheh..
Anyway..guwe jadi terkagum-kagum sama tokoh utamanya, Mouna Rudo, salah satu kepala suku asli Taiwan. Gimana dia mempertahankan tradisi leluhurnya dan perjuanganya untuk merebut harga diri yang sempat hilang seiring penjajahan Jepang di Pulau Taiwan. Untuk yang punya penyakit jantung dan gak suka darah, gak di sarankan untuk nonton film ini.
Akhirnya guwe cari-cari foto tentang film ini di eyang gugel, dan akhirnya jadilah WPAP seperti penampakan di atas...
Anyway..guwe jadi terkagum-kagum sama tokoh utamanya, Mouna Rudo, salah satu kepala suku asli Taiwan. Gimana dia mempertahankan tradisi leluhurnya dan perjuanganya untuk merebut harga diri yang sempat hilang seiring penjajahan Jepang di Pulau Taiwan. Untuk yang punya penyakit jantung dan gak suka darah, gak di sarankan untuk nonton film ini.
Akhirnya guwe cari-cari foto tentang film ini di eyang gugel, dan akhirnya jadilah WPAP seperti penampakan di atas...
Film ini kisah nyata loh mblo...
Perjanjian 1.895 dari Shimonoseki menyerahkan pulau Taiwan (alias Formosa) ke Jepang. Ada ketegangan langsung antara penduduk asli dan penjajah Jepang, yang akhirnya memicu pemberontakan kecil.
Pada saat itu, suku-suku asli Taiwan - dianggap 'liar primitif' oleh Jepang - yang kehilangan tanah berburu mereka dan senjata mereka, bersama dengan tradisi mereka berburu kepala dan mentato wajah. Tato adalah bagian penting dari budaya suku: dalam suku Seediq, ketika seorang pria muda diberikan wajahnya-tato itu menandakan bahwa ia telah menjadi dewada dan menjadi 'pahlawan suku' dan layak disebut Seediq Balle.
Mouna Rudo adalah pemimpin suku Seediq di Wushe. Dia telah memicu pemberontakan kecil melawan Jepang pada tahun 1920 dan 1925, namun tahun 1930 akhirnya pasrah menerima aturan Jepang. Jepang Berpikir bahwa mereka telah 'dijinakkan' orang liar, Jepang mengurangi jumlah polisi ditempatkan di Wushe.
Selama 'perdamaian palsu' tahun 1930, bagaimanapun, Pihu Sapu dan suku lain dari Hogo desa membujuk Mouna Rudo untuk memberontak kembali. Mereka diam-diam melobi desa Seediq lainnya di wilayah tersebut dan membentuk aliansi bawah tanah enam desa: Truwan, Mahebo, Bualon dan Suku bergabung Wushe dan Hogo dalam perencanaan serangan mendadak di Jepang. Seluruh suku Seediq mengerahkan lebih dari tiga ratus orang laki-laki yang siap bertaruh nyawa
Rencananya adalah untuk menyerang pada tanggal 27 Oktober, hari pertemuan sekolah olahraga di Wushe, ketika Komisaris Nenggao dan pejabat tinggi Jepang yang akan hadir. Tentara suku dibagi menjadi beberapa tim untuk meluncurkan serangan kejutan pada semua kantor polisi daerah, mereka kemudian berkumpul mengelilingi Wushe dan pembantaian setiap Jepang terlihat. Tindakan itu dengan cepat dicapai: pria Jepang dan wanita 136 tewas. Ada 428 Cina-Taiwan yang tinggal di Wushe pada saat itu, dan hanya dua dari mereka tewas, baik karena kecelakaan. Itu adalah pemberontakan hati-hati direncanakan dan dilaksanakan, tidak seperti serangan suku tradisional kepala-berburu.
Pada hari-hari berikutnya, para pemberontak Seediq membakar rumah mereka sendiri dan desa. Orang Jepang Mereka bingung dan kewalahan. Ketika regu polisi dan tentara dikirim untuk menghancurkan pemberontakan gagal, pemerintah Jepang berusaha menyuap Seediqs untuk berbalik melawan para pemberontak. Tapi pemberontakan berlangsung selama lima puluh hari.
Hal ini mengatakan bahwa lebih dari seratus Seediq wanita menggantung diri selama pemberontakan untuk membebaskan suami mereka dari beban merawat mereka. Dikalahkan dalam pertempuran darat, Jepang terpaksa menjatuhkan gas beracun pada pemberontak dari pesawat - melanggar konvensi internasional. Bom-bom gas menyebabkan beberapa pemberontak untuk menyerah dan orang lain untuk bunuh diri. Mouna Rudo melihat bahwa pemberontakan bisa pergi lebih jauh lagi dan menginstruksikan para anggota keluarganya untuk bunuh diri. Dia secara pribadi menembak istrinya dan dua cucu dan kemudian bersembunyi ke gunung, berharap bahwa Jepang tidak akan pernah menemukannya. Putranya tertua Tado Mouna berjuang sampai peluru terakhir dan kemudian gantung diri, bersama dengan pemberontak lainnya. The 'Insiden Wushe' - karena Jepang menyebutnya - akhirnya berakhir ketika salah satu pemimpin kelompok, Pihu Sapu, ditangkap. Itu adalah lima puluh hari penuh setelah pembantaian hari olahraga. Orang Jepang segera dituntut balas dendam mereka. Mereka pertama dipasang 'The Insiden Wushe Kedua': pelaksanaan lebih dari 200 pemberontak ditangkap, yang dirancang untuk mencegah setiap pemberontakan lanjut. Mereka kemudian pindah semua suku-suku Seediq selamat ke sebuah pulau lepas pantai (mereka menamakannya Kawanaka-hara-jima) terhubung ke daratan hanya oleh jembatan gantung tipis. Para Seediqs akhirnya terisolasi dan terasing.
Apasih yang berkesan?
Sewaktu guwe menonton film ini ada kalimat dari Mouna Rudo yang menurut guwe edan banget... kira-kira kalimatnya begini. "Memang Jepang telah membangun desa ini, ada Kantor Pos, Pasar, Pos Polisi dan Sekolah. Namun, apakah ini terbaik untuk kita? aku rasa tidak. Hal ini justru mereka menunjukkan keterbelakangan kita dan kekecilan kita".
Apasih yang berkesan?
Sewaktu guwe menonton film ini ada kalimat dari Mouna Rudo yang menurut guwe edan banget... kira-kira kalimatnya begini. "Memang Jepang telah membangun desa ini, ada Kantor Pos, Pasar, Pos Polisi dan Sekolah. Namun, apakah ini terbaik untuk kita? aku rasa tidak. Hal ini justru mereka menunjukkan keterbelakangan kita dan kekecilan kita".
Makamnya Mouna Rudo Penampakan Asli Mouna Rudo
mantep bang.
BalasHapusane sampe merinding ngebacanye :v
di indonesia dulu ada yang gitu nggak bang?? :v
Ada dung di kalimantan awalnya semua mirip dgn di film tapi sedikit berbeda di perlawanannya setelah invasi awal dan suku dayak di kalahkan belanda yg awalnya menduduki tanah kalimantan cukup kewalahan melawan suku dayak yg bergerak layaknya hantu bisa hilang disana sini, setelah itu belanda yg mulai tersudutkan memakai sistim adu domba pada masa itu karena hanya sesama dayaklah yg bisa mengalahkan sesamanya, kemudian mulailah terjadi perang yang sengit sampai saya gak tau suku mana yg menang hihi pada endingnya semua suku dikalimantan menghentikan budaya ngayau (ritual memenggal kepala) pada perjanjian tumbang anoi di kalimantan tengah sampai sekarang budaya ngayau sudah tidak ada lagi sesama suku dayak, karena suku dayak memiliki tali persaudaraan yg sangat kuat di seluruh tanah borneo, sampai saatnya terjadi peristiwa yg sangat kelam bagi kita semua yaitu konflik sampit di kalteng tahun 2000-2001 semua ini hanya sebagai pelajaran bagi kita darimana asal kita dan siapa kita,, dayak memiliki banyak peristiwa heroik contoh tragedi pangsuma dan tragedi di kalimantan barat saya lupa hihi semuanya itu adalah perjuangan bangsa kita melawan penjajah dan tirani
Hapusseediq bale itu artinya pria sejati bos, bukan laskar pelangi. kalau warrior of the rainbow memang iya.. sori koreksi sedikit.
BalasHapusmakasih untuk koreksinya
Hapus@nandar klo d indonesia bnyk la phlwan qt yg kyak gitu,diponegoro,sudirman dll.@Buat tu film yg ngk bgus ny,bnyk putus asa ny,bnuh diri mulu,knpa ngk smpe ttk drah trakhir,insyallah msuk surga
BalasHapusdan menyebabkan kekalahan,aku pikir endingnya akan menang tapi semua bunuh diri 😏😔
HapusMasuk surga apa -_-
HapusLagipula itu kan kisah nyata
Mana bisa kita atur jalan cerita film
filmnya mantap banget... yg seneng film sejarah wajib tonton neh....
BalasHapusmungkin untuk gaya kebudayaannya dan segi logat bahasanya mirip dengan suku dayak di kalimantan
BalasHapusdan aku suka filmnya..keren dah
BalasHapusKalau yang mirip sih cerita tentang Pangsuma, panglima Dayak di meliau.. Dng pasukannya melawan tentara Jepang pd masa itu..
BalasHapusYg bikin kesal nonton film ini bukan jepangnya tapi satu suku yg membatu jepang , mirip pki di indonesia
BalasHapusKita ga bisa nyalahkan suku yang kita lihat berhianat
HapusSoalnya sebelum jepang datang mereka udah saling bunuh
Dan ketika jepang dtg ini dimanfaatkan
Film terhebat yg pernah sy tonton,semua bersatu dalam keyakinan budaya pada jaman itu..maaf jaman segitu apa lagi di pedalaman pendidikan blm memadai,,tp lihat semua yakin sama budaya mereka,perempuan rela mati dari pada harus kalah atau menjadi tawanan saat suami mereka berjuang,,tanpa ad paksaan dan mereka mati bunuh diri,,bukan mereka bodoh tp mereka yakin akan adad budaya yg mereka fahami saat itu,,berjuang demi harta warisan leluhur dan diyakini mereka menjadi pejuang pelangi..memotifasi pemuda indonesia untuk berjuang tanpa pamrih untuk mempertahankan nkri ini sampai darah penghabisan..tanpa ad embel2 agama hanya bermodal satu pancasila,bhineka tunggal ika dan satu indonesia...
BalasHapusPas nonton fiim ini
BalasHapusFix mereka pasti masih 1 rumpun dengan suku Dayak yang ada di Kalimantan, baik dari tradisi tato, berburu kepala (ngayau), harga diri, mabuk-mabukan, cara hidup, cara beperang semuanya sangat mirip.
BalasHapus